pilih pacaran atau khitbah.? |
Pilih pacaran atau khitbah? “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan,” begitu Rasulullah bersabda sebagaimana disebutkan oleh Thawus dari Ibnu Abbas ra. Rasanya tidak perlu pembuktian panjang lebar untuk menunjukkan betapa indahnya pernikahan dimata orang-orang yang saling mencintai. Sepanjang sejarah, banyak peristiwa mengharukan karena besarnya keinginan orang yang mencintai untuk menikah. Pernikahan tampak begitu indah bagi orang yang belum menikah. Tapi jangan lupa, cinta yang hakiki adalah ba’da ijab qabul. Ada seorang ulama besar bernama Ibnu Hazm, beliau mempunyai satu kitab yang berhubungan dengan cinta. Judul bukunya Thouqul Hamamah. Dia mengatakan, seorang fakih berbicara tentang cinta, cinta itu memberikan kekuatan. Bagaimana dengan pacaran? Karena Islam telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan berpasangan, jadilah lelaki yang bersikap kesatria (gentle). “Kalau mencintai jangan tanggung-tanggung, menikahlah segera. Wanita dididik agar tidak menjadi barang yang mudah disentuh kaum laki-laki. Kalau mau, boleh membeli dengan ijab qabul. Kalau masih nanti-nanti, lakukan khitbah, tapi tidak boleh lebih dari dua tahun. Karena, kalau masa khitbahnya terlalu panjang, dikhawatirkan akan lahir sesuatu yang tidak terkendali pada akhirnya.” Ditegaskannya lagi, pacaran merupakan produk impor. Terbukti memang pacaran datang dari barat, karena mereka susah untuk menikah. Di dalam Islam tidak ada, istilah pacaran. Para Ulama pun sepakat mengatakan, tidak ada cinta setelah ijab qabul, sebelumnya masih gombal Sabda nabi Muhammad SAW, “Wanita paling buruk adalah yang paling mahal maharnya.” Jadi pernikahan dalam Islam ada tendanya. Lalu, bagaimana menentukan kriteria laki-laki yang dinikahi atau pun perempuan yang dinikahi? Pertama, harus perempuan dan laki-laki yang shaleh/shalehah. Sabda Rasulullah, “ Siapa yang datang kepada kalian perempuan yang ingin meminang putri-putri kalian yang kalian yakin dengan akhlak dan agamanya, jangan ditunda.” Begitu pula dengan wanita. Berhati-hatilah dengan Hodro’ubiman. Nabi mencotohkan Hodro’ubiman dengan pepohonan besar yang berasal dari tempat kotor. Maksudnya, jangan memandang calon istri hanya kecantikannya saja. Kecantikan tidak segalanya, berapa banyak orang tertipu karena kecantikan wanita ataupun ketampanan laki-laki. Perceraian sekarang ini banyak terjadi, karena laki-lakinya tidak shaleh dan perempuannya tidak shalehah. Marah sedikit minta cerai, ngamuk sedikit mau mencerai, karena tidak melihat agama yang bagus. Akhirnya rumah tangga rentan, tidak awet. Tetapi mereka yang membangun rumah tangga atas pilihan keshalehannya, mampu menjaga hati dengan ikhlas. Istri yang shalehah dimarahi suami, cukup mengingatkan, “Ah papa kalau marah jelek banget,” seraya berujar, “Ayo Pa shalat jam’ah sudah waktunya. Rumah tangga yang dibangun atas pilihan tingkat keshalehan seseorang akan memberi ketenangan pula pada tetangga-tetangga sekitarnya. Ba’da magrib terdengar lantunan ayat suci al Qur’an, ketika pagi suaminya bekerja dilepas dengan senyum dan cium tangan, lalu sang istri mendoakan semoga suaminya keluar dari rumah ini dengan tujuan yang baik, ditempat kerja mendapat yang baik, kembali ke rumah pun dengan baik. Kekayaan, kecantikan dan agama yang menjadi pilihan seseorang menentukan kriteria pasangan, Nabi Muhammad jelas lebih menekankan pada agama. “Siapa yang sudah mendapat pasangan dengan agamanya bagus, insya Allah tangan kamu akan bersih, karena ketika kita bicara pernikahan berarti bicara masa depan umat manusia. Rumah tangga kita adalah bagian kecil dari komunitas yang besar. Kalau setiap rumah tangga sudah tidak nyaman, percayalah pasti masyarakat yang ada di dalam pun tidak akan merasa nyaman.” Dalam riwayat yang bercerita tentang tunangan, Nabi pernah bercerita pada sahabatnya, “Utuslah orang-orang kita untuk melihat bagaimana calon yang kamu sukai.” Sebagai laki-laki, tentunya tidak mau seperti membeli kucing dalam karung. Perempuan juga tidak mau dapat kucing garong. Caranya bagaimana? “Silaturahmi yang bagus. Ketika ada undangan perkawinan, keluarga-keluarga diundang, disini kita lihat tidak ada wanita mengungkapkan ketertarikannya, tetapi dengan penuh penghormatan jangan kepada sembarang orang. Dia harus pikirkan perasaannya tersebut pada orang yang shaleh yang bisa menjaga amanah jangan sampai nanti disebarkan ke mana-mana. Hanya boleh mengutarakan pada rekan yang diyakini ketakwaan dan keimannya sehingga mampu menjaga kehormatan.” Jodoh dan kelanggengan Allah SWT Maha Rahman Rahim dan Muhammad SAW Ro’ufun Rohim diutus sebagai rahmah, harus diyakini bahwa semua yang dibawanya akan memberi manfaat bagi kita. Nabi Muhammad sudah meninggalkan kita, Allah SWT tidak butuh pada kita, tapi Dia sayang pada kita. DiberikanNya aturan-aturan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan sekarang terbukti, mereka-mereka di negara barat akan mengadopsi konsep rumah tangga idaman Islam. Karena mereka sudah pusing, bapak mereka dimana, ibu mereka dimana, tidak tahu keluarga dimana. Sekarang mereka berpikir ternyata konsep yang mampu menjaga kesolidan masyarakat, satu negara harus dimulai dari rumah tangga, tidak ada konsep yang paling jitu sebagaimana konsep yang dibawakan Muhammad SAW. Definisi jodoh dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya pasangan. Budaya kita kemudian ada mengartikan yang namanya jodoh berarti yang sampai meninggal. Sementara, jodoh dalam bahasa al Qur’an adalah jaudz, adzwaj. Di dalam surat al Ahzab ayat 37, ada peristiwa pernikahan Zaid bin Haritsah. Diceritakan bagaimana Zaid harus bercerai dengan istrinya Zainab, seorang bangsawan dari Quraisy. Zaid merupakan budak Nabi Muhammad sekaligus anak angkat Rasulullah SAW, sehingga ada yang menyebut Zaid bin Muhammad. Zaman dulu terjadi thalaq saja bingung. Apalagi, Zaid dinikahkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW, tapi umur pernikahannya pun tidak berlangsung lama. Setelah terjadi perceraian, Rasulullah diwahyukan untuk menikahi mantan istri Zaid. “Jangan dipikir menjadi Nabi itu enak, kalau kita nanti disuruh menikahi mantan istri budak kita. Apa yang terekam dalam pikiran kita?” cetus Ust Ali Surat Al Ahzab ayat 37 ini berkaitan dengan ajaran Islam yang mencoba mengikis habis sistem adopsi anak. Nabi memungut Zaid, kemudian orang mengatakan Zaid bin Muhammad. Islam tidak pernah menyebutkan yang namanya anak pungut menjadi anak kandung dan berhak mendapat warisan dan seterusnya. Untuk mengikis habis adat Zahiliyah ini, tidak tangung-tanggung Nabi Muhammad disuruh menikahi mantan istri Zaid. Jadi yang namanya jodoh, langgeng atau tidak langgeng Allah yang menentukan. Tidak berarti, jodoh tidak langgeng itu bukan jodoh. Mungkin selama 25 tahun membina rumah tangga, ternyata bubar, kemudian masing-masing suami istri mendapat jodoh kedua. Waallaahu a’lam bi shawab. Ajaran Islam melarang umatnya menikahi perempuan musyrik. Ketentuan bahwa laki-laki muslim boleh menikahi perempuan ahlul kitab, ungkap Usta Ali Hasan Bahar, meskipun tidak dianjurkan tapi masih terjadi perdebatan, apakah yahudi nasrani masuk dalam ahlul kitab. Kerena kitab mereka sudah tidak otentik lagi, tidak seperti ahli kitab yang ada di madinah di zaman Nabi Muhammad SAW. Merujuk dari penggalan ayat Al Qur’an, “…..wal muhsonati mina ladzinna ahlull kitab”, Mereka yang boleh dinikahi dari ahli kitab adalah wanita yang muhshonat, yang bisa menjaga kehormatannya. Sebaliknya, tidak ada ketentuan wanita boleh menikah selain dengan muslim. Pasalnya, lelaki adalah kepala rumah tangga ketika menikah. Sebagai kepala rumah tangga, di dalam ajaran Islam, laki-laki harus menjadi laki-laki yang shaleh. Artinya, dia takut pada Allah, mencintai Nabi Muhammad utusan Allah dan dia mengetahui dengan pasti wanita yang ada di bawah pimpinaannya adalah hamba Allah yang harus mendapatkan hak-haknya. Poligami disukai laki-laki, dibenci wanita? Dosa kaum laki-laki sebagai pengikut Rasulullah SAW antara lain membesar-besarkan poligami. Karena pada prakteknya, poligami yang dilakukan kaum laki-laki belakangan ini tidak sesuai dengan sunah Rasulullah, sehingga sebagian besar para wanita takut dengan poligami. Oleh sebab itu dalam Al Qur’an, selalu diingatkan bahwa nabi-nabi harus beriman. Dalam surat an Nur dijelaskan, laki-laki diperintahkan menjadi laki-laki yang shaleh dan wanita pun diperintahkan menjadi wanita yang shalehah, sehingga kalau kita mempelajari poligami dalam Islam, benar-benar sudah disalahkan. Nabi Muhammad SAW melakukan poligami bukan dengan wanita muda. Contohnya, ketika ditengah peperangan sudah selesai, Nabi Muhammad SAW melihat seorang wanita tengah menangis lalu banyak anak-anak kecil memeluknya. Nabi kemudian bertanya kepada wanita itu, “Kenapa anda menangis, dimana suami anda?” Si wanita menjawab, “Suami saya gugur di medan perang, saya tidak tahu bagaimana harus memberi makan pada anak-anak saya. Nabi Muhammad pun berkata, “Saya ingin menjadi suami kamu.” Betapa manusiawi sekali. Masih adakah lelaki seperti ini? “Untuk wanita yang tidak menerima poligami, itu hak dia. Tetapi saya ingatkan, coba fahami poligami dengan sebenar-benarnya, jangan sampai anda membenci sesuatu yang sebenarnya tidak usah anda benci. Karena kesalahan orang-orang yang mempraktekan poligami dengan tidak benar. Di Perancis sedang gencar-gencarnya poligami karena sudah terlalu banyak wanita yang sendirian. Tetapi ingat, harus laki-laki yang benar laki-laki. Bukan laki-laki yang seperti binantang,” papar Ust Ali Bagaimana dengan prilaku suami yang berpoligami bersikap tidak adil dan menunjukkan kertidakadilannya? Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadisnya, mereka yang bersikap tidak adil terhadap istri-istrinya di akhirat nanti jalannya akan terlihat pengkor. Bagi wanita yang tetap tidak menerima poligami, pelajari lagi suri tauladan Rasulullah pada istri-istrinya. Di tengah-tengah peperangan dengan istri-istri mantan musuhnya, Rasulullah tetap memiliki rasa sayang. Tidak tangung-tanggung, rasa sayang itu direalisasikan dengan bentuk pernikahan. “Kalau saya umpamakan, kira-kira poligami seperti boderek. Kalau sakit kepala, jangan minum boderek terlalu banyak. Kalau tidak sakit kepala, jangan minum boderek. Karena apa? Ini harta Allah SWT yang akan memberikan keturunan, mampu tidak kita menjaga keturunan kita dari istri tua dengan istri muda dengan saling menyangi. Pernikahan tujuannya, sakinah, mawaddah wa rahmah. Jangan sampai ada pernikahan yang tidak mengarah pada tiga hal ini. Artinya, seseorang yang melakukan itu sedang tertipu.” Nabi paling membenci kalau ada permusuhan. Terlebih, bila ada orang yang salah menggunakan poligami sehingga dia menuruti kantong permusuhan berkepanjangan. Permusuhan melahirkan penyakit hati. “Jangan sampai ada wanita takut menikah karena takut poligami. Ciptakan rasa aman, bagaimana menjadi seorang suami yang shaleh, bertanggungjawab, sehingga seorang istri tidak pernah merasa takut dikhianati, mendapat haknya, juga melaksanakan kewajibannya.”
|